PSAK 14

Ok guys, sampai juga pada pos berikutnya. Disini, saya akan berbagi sedikit mengenai makalah yang membahas tentang PSAK 14. Apa itu? bagi yang ingin tahu, silahkan membaca ya... :D Bagi yang ingin meng-copy-paste, saya perbolehkan. Tetapi, jangan lupa untuk mengcopy juga alamat blog ini sebagai sumber penulisannya. Semoga bermanfaat.:)
 ***



BAB I
PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau yang biasa disebut dengan PSAK merupakan pedoman dalam melakukan praktek akuntansi dimana uraian materi di dalamnya mencakup hampir semua aspek yang berkaitan dengan akuntansi, yang dalam penyusunannya melibatkan sekumpulan orang dengan kemampuan dalam bidang akuntansi yang tergabung dalam suatu lembaga yang dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).  Dengan kata lain, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah buku petunjuk bagi pelaku akuntansi yang berisi pedoman tentang segala hal yang ada hubungannya dengan akuntansi.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) mengacu pada penafsiran dan penalaran teori-teori yang “berlaku” dalam hal praktek “pembuatan laporan keuangan” guna memperoleh informasi tentang kondisi ekonomi.

           Pemahaman di atas memberikan gambaran bahwa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) berisi tata cara penyusunan laporan keuangan yang selalu mengacu pada teori yang berlaku, atau dengan kata lain didasarkan pada kondisi yang sedang berlangsung.

Sebagai suatu pedoman, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) bukan merupakan suatu kemutlakan bagi setiap perusahasan dalam membuat laporan keuangan.  Namun paling tidak dapat memastikan bahwa penempatan unsur-unsur atau elemen data ekonomi harus ditempatkan pada posisi yang tepat agar semua data ekonomi dapat tersaji dengan baik, sehingga dapat memudahkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam menginterpretasikan dan megevaluasi suatu laporan keuangan guna mengambil keputusan ekonomi yang baik bagi tiap-tiap pihak. 

Di dalam perusahaan dagang, telah ketahui bahwa persediaan merupakan hal yang wajib dipenuhi oleh setiap perusahaan tersebut. Jika tidak adanya persediaan, maka perusahaan tersebut akan kesulitan untuk tumbuh maupun berkembang. Untuk itulah diperlukan suatu rencana dan manajemen dalam penentuan persediaan di perusahaan. Proses penentuan persediaan inilah yang menjadi permasalahan di setiap perusahaan-perusahaan dagang.

Untuk itulah, PSAK sebagai sebuah pedoman diperlukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Dan dengan itulah kita mengenal akan PSAK 14 dimana berfungsi sebagai pemecah kebuntuan dan permasalahan di setiap perusahaan dagang.

Sesuai dengan pernyataan diatas, maka kami sebagai penulis merasa tertarik untuk membahas PSAK 14 terhadap proses penentuan persediaan di perusahaan dagang. Untuk itulah kami menggunakan Laporan Keuangan PT. Mayora Indah Tbk dan Entitas Anak sebagai sampel. Dengan demikian penulis berharap menemukan keterkaitan antara PSAK 14 terhadap Laporan Keuangan PT. Mayora Indah Tbk dan Entitas Anak yang digunakan penulis sebagai sampel.


1.2            Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disajikan rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1.      Apa itu PSAK 14 ?
2.      Bagaimana pengaruh PSAK 14 terhadap  Laporan Keuangan PT. Mayora Indah Tbk dan Entitas Anak ?.

1.3            Tujuan Makalah

Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut:
1.   Untuk mengetahui pengertian dari PSAK 14
2.   Untuk mengetahui pengaruh PSAK 14 terhadap  Laporan Keuangan PT. Mayora Indah Tbk dan Entitas Anak

1.4            Manfaat Makalah

Manfaat yang diharapkan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa akan pentingnya PSAK, khususnya PSAK 14.
2.      Sebagai bahan acuan bagi setiap perusahaan, terutama perusahaan dagang akan pentingnya PSAK 14.
3.      Sebagai bahan referensi bagi pembaca yang akan membahas masalah yang sama dengan makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

II.1    Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 14 (PSAK 14)

          Seperti yang telah kita ketahui diatas, bahwa PSAK merupakan suatu gambaran atau tata cara penyusunan laporan keuangan yang selalu mengacu pada teori yang berlaku, atau dengan kata lain didasarkan pada kondisi yang sedang berlangsung. Oleh sebab itu PSAK 14 masih sebuah gambaran atau tata cara dalam penyusunan laporan keuangan, tetapi tata cara yang diatur menyangkut masalah persediaan di perusahaaan dagang. Berikut akan dijelaskan secara detil mengenai PSAK 14 ini.

PSAK 14 terdiri dari paragraf 1- 40. Seluruh paragraf dalam pernyataan  ini memiliki kekuatan mengatur  yang sama.  Paragraf  yang  dicetak  dengan  huruf tebal dan  miring  mengatur Prinsip-Prinsip Utama. PSAK 14 harus dibaca dalam konteks tujuan Pengaturan  dan  Kerangka Dasar Penyusunan  dan Penyajian Laporan Keuangan.

Tujuan Pernyataan ini adalah untuk merumuskan perlakuan akuntansi untuk persediaan menurut sistem biaya historis. Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah jumlah biaya yang harus diakui sebagai aktiva dan konversi selanjutnya sampai pendapatan yang bersangkutan diakui. Pernyataan ini menyediakan pedoman praktis dalam penentuan biaya dan pengakuan selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap penurunannya menjadi nilai realisasi bersih (net realisable value). Pernyataan ini juga menyediakan pedoman rumus biaya yang digunakan untuk membebankan biaya pada persediaan.

Pernyataan ini harus diaplikasikan dalam penyusunan laporan keuangan dalam konteks sistem biaya historis tentang akuntansi persediaan selain:

(a)        Pekerjaan dalam proses yang timbul dalam kontrak konstruksi (construction contracts) (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 34 tentang Kontrak Konstruksi).
(b)        Instrumen keuangan.
(c)        Persediaan yang dimiliki oleh produsen peternakan, produk pertanian dan kehutanan, dan hasil tambang sepanjang persediaan tersebut dinilai berdasarkan nilai realisasi bersih sesuai dengan kelaziman praktek yang berlaku dalam industri tertentu.

Persediaan yang dirujuk dalam paragraf 1 (c) diukur dengan nilai realisasi bersih pada tahap produksi tertentu. Hal tersebut terjadi, misalnya, ketika hasil pertanian telah dipanen atau hasil tambang telah ditambang dan penjualan telah dijamin berdasarkan kontrak berjangka atau jaminan pemerintah, atau bila terdapat suatu pasar homogen dan risiko kegagalan pemasaran tidak berarti. Persediaan tersebut tidak termasuk dalam lingkup Pernyataan ini.

          Persediaan adalah aktiva:

(a)        Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
(b)        Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan.
(c)        Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga penjualan dalam kegiatan usaha normal dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan taksiran biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penjualan.

            Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya, barang dagang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakup barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Bagi perusahaan jasa, persediaan meliputi biaya jasa seperti diuraikan dalam paragraf 16, di mana pendapatan yang bersangkutan belum diakui perusahaan. (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 tentang Pendapatan)
Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah (the lower of cost and net realizable value (LCNRV)).
Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (present location and condition).

Biaya pembelian persediaan meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh perusahaan kepada kantor pajak), dan biaya pengangkutan, penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang (trade discount), rabat dan pos lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.

Proses produksi mungkin menghasilkan lebih dari satu jenis produk secara serentak. Hal tersebut terjadi, misalnya, bila dihasilkan produk bersama (joint product) atau bila terdapat produk utama dan produk sampingan. Bila biaya konversi tidak dapat diidentifikasikan secara terpisah, biaya tersebut dialokasi kan antar produk secara rasional dan konsisten. Pengalokasian misalnya dapat dilakukan berdasarkan perbandingan harga jual untuk masing masing produk, baik pada tahap proses produksi pada waktu produk telah dapat diidentifikasikan secara terpisah, atau pada saat produksi telah selesai. Sebagian besar produk sampingan, pada hakekatnya tidak material. Kalau kasusnya demikian, produk sampingan sering kali dinilai berdasarkan nilai realisasi bersih dan nilai tersebut dapat dikurangkan pada biaya produk utama. Dengan demikian, nilai produk utama tidak berbeda secara material dari biayanya.

Biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai. Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk membebankan biaya overhead non produksi atau biaya perancangan produk untuk pelanggan khusus sebagai biaya persediaan.

Beberapa contoh biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya adalah:
(a)        jumlah pemborosan bahan, upah, atau biaya produksi lainnya yang tidak normal;
(b)       biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi sebelum dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya;
(c)        biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan sumbangan untuk membuat persediaan berada dalam lokasi dan kondisi sekarang; dan
(d)       biaya penjualan.

Biaya persediaan perusahaan jasa terutama meliputi upah dan biaya personalia lainnya yang secara langsung menangani pemberian jasa, termasuk tenaga penyedia, dan overhead yang diatribusikan. Upah dan biaya lainnya yang menyangkut personalia penjualan serta administrasi umum tidak termasuk sebagai biaya persediaan, tapi diakui sebagai beban pada periode terjadinya .

Teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode biaya standar atau metode eceran (retail method), demi kemudahan, dapat digunakan bila hasilnya mendekati biaya historis. Biaya standar memperhitungkan tingkat normal penggunaan bahan dan perlengkapan (supplies), upah, efisiensi dan pemanfaatan kapasitas. Biaya standar ditelaah secara berkala dan, bila perlu, direvisi sesuai dengan kondisi terakhir.

            Metode eceran sering kali digunakan dalam perdagangan eceran untuk menilai persediaan sejumlah besar barang yang berubah dengan cepat, dan memiliki margin yang tidak jauh berbeda sehingga tidak praktis kalau digunakan metode penetapan biaya lainnya. Biaya persediaan ditentukan dengan mengurangi harga jual persediaan dengan persentase margin bruto yang sesuai. Persentase tersebut digunakan dengan memperhatikan persediaan yang telah diturunkan nilainya (marked down) di bawah harga jual normal. Persentasi rata-rata sering digunakan untuk setiap departemen penjualan eceran yang menjual kelompok barang yang berbeda.

Biaya persediaan untuk barang yang lazimnya tidak dapat diganti dengan barang lain (not ordinary interchangeable) dan barang serta jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek khusus harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya masing masing.

            Yang dimaksud dengan identifikasi khusus biaya adalah atribusi biaya ke barang tertentu yang dapat diidentifikasikan dalam persediaan. Cara ini merupakan perlakuan yang sesuai bagi barang yang dipisahkan untuk proyek khusus, baik yang dibeli maupun yang dihasilkan. Namun demikian identifikasi khusus biaya tidak tepat bagi sejumlah besar barang homogen yang dapat menggantikan satu sama lain (ordinarily interchangeable). Dalam keadaan demikian, metode pemilihan barang yang masih berada dalam persediaan dapat digunakan untuk menentukan di muka dampaknya terhadap laba rugi periode berjalan.

Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraf 19, harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP atau FIF0), rata-rata tertimbang (weighted average cost method), atau masuk terakhir keluar pertama (MTKP atau LIF0).

            Formula MPKP/FIF0 mengasumsikan barang dalam persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Dengan rumus biaya ratarata tertimbang, biaya setiap barang ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari barang serupa pada awa! periode dan biaya barang serupa yang dibeli atau diproduksi selama periode. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala, atau pada setiap penerimaan kiriman, tergantung pada keadaan perusahaan. Rumus MTKP/LIF0 mengasumsikan barang yang dibeli atau diproduksi terakhir dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga yang termasuk dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi terdahulu.

Biaya persediaan mungkin tidak akan diperoleh kembali (recoverable) bila barang rusak, seluruh atau sebagian barang telah usang atau bila harga penjualan menurun. Biaya persediaan juga tidak akan diperoleh kembali jika estimasi biaya penyelesaian atau estimasi biaya penjualan meningkat. Praktek penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi bersih konsisten dengan pandangan bahwa aktiva seharusnya tidak dinyatakan melebihi jumlah yang mungkin dapat direalisasi melalui penjualan atau penggunaan.

Nilai persediaan biasanya diturunkan ke nilai realisasi bersih secara terpisah untuk setiap barang dalam persediaan. Namun demikian, dalam beberapa kondisi, penurunan nilai persediaan mungkin lebih sesuai jika dihitung terhadap kelompok barang serupa atau yang berkaitan. Misalnya barang-barang yang termasuk dalam lini produk dengan tujuan atau penggunaan akhir yang serupa, diproduksi dan dipasarkan di wilayah yang sama, dan tidak dapat dievaluasi terpisah dari barang-barang lain dalam lini produk tersebut. Penurunan nilai persediaan tidak tepat jika dihitung berdasarkan klasifikasi persediaan, misalnya, barang jadi, atau seluruh persediaan dalam suatu industri atau segmen geografis tertentu. Perusahaan jasa pada umumnya mengakumulasikan biaya dalam hubungannya dengan setiap jasa agar dapat menetapkan harga jual jasa tersebut. Dengan demikian, masing-masing jenis jasa tersebut dibukukan tersendiri.

Estimasi nilai realisasi bersih didasarkan pada bukti paling andal yang tersedia pada saat estimasi dilakukan terhadap jumlah persediaan yang diharapkan dapat direalisasi. Estimasi ini mempertimbangkan fluktuasi harga atau biaya yang langsung terkait dengan peristiwa yang terjadi setelah akhir periode sepanjang peristiwa tersebut menegaskan (confirm) kondisi yang ada pada akhir periode.
           
Estimasi nilai realisasi bersih juga mempertimbangkan tujuan pengadaan persediaan yang bersangkutan. Misalnya, nilai realisasi bersih kuantitas persediaan yang dimiliki untuk memenuhi kontrak penjualan produk atau jasa didasarkan pada harga kontrak. Bila kontrak penjualan adalah untuk kuantitas barang yang lebih kecil daripada persediaan, nilai realisasi bersih untuk kelebihannya harus didasarkan pada harga penjualan umum. Kerugian kontinjen dari kontrak penjualan yang melebihi kuantitas persediaan yang dimiliki dan kerugian kontinjen dari kontrak pembelian diperlakukan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 8 tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca.

Nilai bahan baku dan perlengkapan (supplies) lain yang diadakan untuk digunakan dalam produksi persediaan tidak diturunkan di bawah biaya bila barang jadi yang dihasilkan diharapkan dapat dijual sebesar atau di atas biaya. Namun demikian, bila penurunan harga bahan baku mengindikasikan biaya barang jadi yang dihasilkan akan melebihi nilai realisasi bersih, maka nilai bahan diturunkan ke nilai realisasi bersih. Dalam kondisi semacam itu, biaya ganti (replacement cost) merupakan tolak ukur terbaik yang tersedia bagi nilai realisasi bersih.

Jika barang dalam persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan niiai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi bersih dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi bersih, harus diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut.
            Proses pengakuan nilai tercatat persediaan yang telah dijual sebagai beban menghasilkan pengaitan (matching) beban dengan pendapatan.

            Beberapa persediaan dapat dialokasikan ke rekening aktiva lainnya seperti misalnya persediaan yang digunakan sebagai komponen aktiva tetap yang dibangun sendiri, pabrik atau peralatan. Persediaan yang dialokasikan ke aktiva lain dengan cara ini diakui sebagai beban selama masa manfaat aktiva tersebut.

Laporan keuangan harus mengungkapkan:
(a)        Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya yang dipakai.
(b)        Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi perusahaan.
(c)        Jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi bersih.
(d)       Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai penghasilan selama periode sebagaimana dijelaskan pada paragraf 28.
(e)        Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 28; dan
(f)        Nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.

Informasi tentang jumlah tercatat yang disajikan dalam berbagai klasifikasi persediaan dan tingkat perubahannya masing-masing berguna bagi para pemakai laporan keuangan. Klasifikasi persediaan yang biasa digunakan adalah barang dagang, perlengkapan produksi, bahan baku, pekerjaan dalam penyelesaian dan barang jadi. Persediaan dalam perusahaan jasa biasanya disebut pekerjaan dalam penyelesaian.

            Laporan keuangan harus mengungkapkan salah satu informasi berikut ini:

(a)        Biaya persediaan yang diakul sebagai beban selama periode tertentu, atau

(b)        Biaya operasi, yang dapat diaplikasikan pada pendapatan, diakui sebagai beban selama periode laporan keuangan, diklasifikasikan sesuai dengan hakekatnya.

Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode meliputi biaya yang sebelumnya temasuk dalam pengukuran barang dalam persediaan yang telah dijual dan biaya overhead produksi yang tidak teralokasikan serta jumlah abnormal biaya produksi persediaan. Kondisi perusahaan juga membuka peluang untuk memasukkan biaya lainnya, seperti biaya distribusi.

            Beberapa perusahaan menggunakan format laporan laba rugi yang berbeda, yang mengakibatkan diungkapkannya berbagai jumlah sebagai pengganti biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode yang bersangkutan. Dengan format yang berbeda ini, perusahaan mengungkapkan jumlah biaya operasi yang dapat diaplikasikan pada pendapatan periode tersebut, dan diklasifikasikan menurut hakekatnya. Dalam kasus ini, perusahaan mengungkapkan biaya yang diakui sebagai beban untuk bahan baku dan barang-barang habis terpakai (consumables), tenaga kerja dan biaya operasi lainnya bersama-sama dengan jumlah perubahan bersih persediaan pada periode tersebut.

Skala, insiden dan hakekat penurunan nilai persediaan menjadi nilai realisasi bersih mungkin sedemikian materialnya sehingga memerlukan pengungkapan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No .25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi.


II.2    Laporan Keuangan PT. Mayora Indah Tbk Dan Entitas Anak

          Setelah kita mengetahui mengenai PSAK 14 dan pernyataan-pernyataannya, sekarang kita akan membahas mengenai Laporan Keuangan dari PT Mayora Indah Tbk, dimana laporan tersebut untuk tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2013 dan 2012. Dan sebelum membahas mengenai laporan keuangan, berikut akan disampaikan profil singkatnya.

PT. Mayora Indah Tbk. (Perseroan) didirikan pada tahun 1977 dengan pabrik pertama berlokasi di Tangerang. Menjadi perusahaan publik pada tahun 1990. Kegiatan usaha serta jenis produk yang dihasilkan sesuai dengan Anggaran Dasarnya, kegiatan usaha Perseroan diantaranya adalah dalam bidang industri perdagangan. Saat ini, PT. Mayora Indah Tbk. memproduksi dan memiliki 6 (enam) divisi yang masing masing menghasilkan produk berbeda namun terintegrasi.
Divisi 
Merek Dagang 
Biskuit
Roma, Danisa, Royal Choice, Better, Muuch Better, Slai O Lai, Sari Gandum,  Sari Gandum Sandwich, Coffeejoy, Chees’kress
Kembang Gula
Kopiko, Kopiko Milko, Kopiko Cappuccino, Kis, Tamarin, Juizy Milk
Wafer
Beng Beng, Beng Beng Maxx, Astor, Astor Skinny Roll, Roma Wafer Coklat, Roma Zuperrr Keju
Coklat
Choki-choki
Kopi
Torabika Duo, Torabika Duo Susu,  Torabika Jahe Susu, Torabika Moka, Torabika 3 in One, Torabika Cappuccino, Kopiko Brown Coffee, Kopiko White Coffee, Kopiko White Mocca
Makanan Kesehatan
Energen Cereal, Energen Oatmilk, Energen Go Fruit
Di Indonesia, Perseroan tidak hanya dikenal sebagai perusahaan yang
memproduksi makanan dan minuman olahan, tetapi juga dikenal
sebagai market leader yang sukses menghasilkan produk
-produk yang
menjadi pelopor pada kategorinya masing masing.
Produk-produk hasil inovasi Perseroan tersebut diantaranya:
1.                  Permen Kopiko, pelopor permen kopi.
2.                  Astor, pelopor wafer stick.
3.                  Beng Beng, pelopor wafer caramel berlapis coklat.
4.                  Choki-choki, pelopor coklat pasta.
5.                  Energen, pelopor minuman cereal.
6.                  Kopi Torabika Duo dan Duo Susu, pelopor coffee mix.
Hingga saat ini, Perseroan tetap konsisten pada kegiatan utamanya, yaitu dibidang pengolahan makanan dan minuman. Sesuai dengan tujuannya, Perseroan bertekad akan terus menerus berupaya meningkatkan segala cara dan upaya untuk mencapai hasil yang terbaik bagi kepentingan seluruh pekerja, mitra usaha, pemegang saham, dan para konsumennya.
            Setelah kita mengetahui profil singkat PT. Mayora Indah Tbk., sekarang saatnya untuk membahas mengenai Laporan Keuangan yang dibuat oleh perusahaan pada tahun-tahun yang berakhir pada 2013 dan 2012.
            Jika kita perhatikan di bagian awal, dinyatakan bahwa berdasarkan laporan auditor independen yang mengaudit perusahaan tersebut menyatakan bahwa laporan keuangan konsolidasian terlampir menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material. Posisi keuangan konsolidasian, serta kinerja keuangan dan arus kas konsolidasiannya untuk tahun yang berakhit pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
            Di pembahasan berikutnya, akan dibahas bagaimana penulisan persediaan di laporan keuangan, sesuai atau tidak dengan PSAK 14 yang telah kita jabarkan diatas.

II.3    Penulisan Persediaan PT. Mayora Indah Tbk Dan Entitas Anak Dan Kaitannya Dengan PSAK 14

            Berdasarkan Catatan Atas Laporan Keuangan yang menyatakan tentang persediaan, dinyatakan sebagai berikut:

Barang jadi; 213.747.701.257 (2013) dan 171.496.216.051 (2012)
Barang dalam proses; 348.726.439.683 (2013) dan 299.781.728.019 (2012)
Bahan baku; 646.960.507.619 (2013) dan 835.740.817.084 (2012)
Bahan pembantu; 35.611.872.241 (2013) dan 18.987.401.731 (2012)
Bahan pembungkus; 196.704.051.468 (2013) dan 140.979.824.222 (2012)
Barang teknik; 14.703.642.781 (2013) dan 32.003.473.098 (2012)
Jumlah; 1.456.454.215.049 (2013) dan 1.498.989.460.205 (2012)

Manajemen berpendapat bahwa nilai tercatat dari persediaan tidak melebihi nilai realisasi. Tidak terdapat persediaan yang dijadikan jaminan. Persediaan telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran dan risiko lainnya kepada PT Asuransi Allianz Utama Indonesia, pihak ketiga, dengan jumlah pertanggungan sebesar US$ 162.425.000 pada tanggal 31 Desember2013, dan kepada PT Asuransi MSIG Indonesia, pihak ketiga, sebesar US$ 143.421.250 pada tanggal 31 Desember 2012.

Manajemen berpendapat bahwa jumlah pertanggungan asuransi adalah cukup untuk menutupi risiko kerugian yang mungkin dialami Grup.

            Dimana jumlah dari Catatan diatas telah sama dengan Laporan Posisi Keuangan, tepatnya dibagian Aktiva Lancar maka dapat dipastikan laporan tersebut sudah dicantumkan sesuai dengan PSAK 14 yang telah dijabarkan diatas.

            Selain itu, kita bisa melihat di penjelasan persediaan pada Catatan Atas Laporan Keuangan PT. Mayora Indah Tbk. yang menyatakan bahwa:

Persediaan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah. Biaya persediaan ditentukan berdasarkan metode rata-rata tertimbang. Nilai realisasi bersih adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha
biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi yang diperlukan untuk membuat penjualan.

            Dengan demikian, kita tahu bahwa metode penentuan biaya persediaan menggunakan metode rata-rata dimana PSAK 14 mencakup hal tersebut. Selain itu dapat kita lihat pula bahwa proses penyusunan ini sesuai dengan SAK yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI).
           
BAB III
PENUTUP

III.1  Kesimpulan

          Dari pembahasan dan berbagai keterangan yang sudah dijabarkan panjang lebar diatas dimana penjelasan akan Persediaan dan metode penentuan Persediaan dibahas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa PSAK 14 merupakan tata cara dalam merumuskan perlakuan akuntansi untuk persediaan menurut sistem biaya historis. Dan untuk Laporan Keuangan PT. Mayora Indah Tbk, telah menerapkan PSAK 14 secara baik dan benar. Khususnya pada masalah metode penentuan persediaan dan keberadaan persediaan tersebut yang berada di aktiva lancar.
Demikian kesimpulan yang dapat kami sampaikan, semoga bisa memberikan manfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
http://denricositorus.blogspot.com/2012/06/psak-14-persediaan.html .Diakses pada tanggal 21 Desember 2014
http://mengerjakantugas.blogspot.com/2014/04/definisi-perusahaan-dagang.html .Diakses pada tanggal 21 Desember 2014
http://risalahakuntansi.blogspot.com/2014/03/pengertian-psak-apa-itu-psak.html .Diakses pada tanggal 21 Desember 2014
http://www.organisasi.org/1970/01/arti-singkatan-psak-kepanjangan-dari-psak-kamus-akronim-bahasa-indonesia.html .Diakses pada tanggal 21 Desember 2014
http://www.mayoraindah.co.id/investor-relation/kinerja-perseroan/laporan-keuangan-tahunan/ .Diakses pada tanggal 21 Desember 2014
http://www.mayoraindah.co.id/profil/ .Diakses pada tanggal 21 Desember 2014
http://delanotes.blogspot.com/2015/03/ok-guys-sampai-juga-pada-pos-berikutnya_11.html
 ***
Yak, itu dia makalah saya tentang PSAK 14 yang mengatur persediaan dalam perhitungan akuntansi. Jika ada yang ditanyakan silahkan komentar di bawah ini. Jangan ragu-ragu ya :) Dan jangan lupa untuk terus melihat post-post saya selanjutnya. Akan ada banyak catatan menarik khusus untuk anda :D
Protected by Copyscape

Tidak ada komentar: