--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
***
CERITAKU: 15 TAHUN LEBIH DI JAKARTA
TIMUR
Ditulis Oleh: Andi Aziz Herlambang,
S.E
Sudah
15 tahun lebih, aku tinggal dan besar di daerah pinggiran Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Banyak cerita-cerita
menarik yang terjadi, selama aku tinggal dan menetap bersama seluruh keluarga
besarku. Dari cerita suka, hingga duka, aku jalani dengan penuh semangat
perjuangan. Daerah pinggiran, seringkali, kata ini memiliki konotasi yang
buruk. Benarkah? Menurut pendapatku, itu tidak sepenuhnya benar.
Penamaan yang berlaku tersebut, hanya sebagai sebuah
pembeda, antara daerah pusat, dengan daerah sekelilingnya. Jadi jangan anggap
buruk dulu. Daerah pinggiran hanyalah sebuah penamaan belaka. Tidak ada
bedanya, baik pusat, maupun daerah sekelilingnya. Baik dari sisi manusianya,
alamnya, bahkan, segala hal yang tak kasat mata, semuanya sama. Hanya mungkin
memang, ada perbedaan dalam hal pembangunan infrastruktur. Apakah berpengaruh
signifikan? Tentu tidak, zaman sekarang, semua berbenah. Begitu juga dengan
daerah pinggiran Ibukota Jakarta yang aku cintai ini.
Fokus kembali dengan cerita yang ingin aku sampaikan
dalam hikayat daerah pinggiran ini. Memang banyak kisah penting yang telah
menjadi cerita rakyat, yang bahkan sampai melegenda. Namun, aku sendiri akan
memfokuskan segalanya dalam hikayat-hikayat yang pernah kudengar saja. Mengapa?
Itulah daya tarik dari artikel yang saya buat ini. Saya mencoba membuat karya
seorisinal mungkin.
Namun, jangan terlalu berharap banyak dengan apa yang
saya sampaikan dalam tulisan sederhana milikku ini. Aku hanya berusaha
menyampaikan sesuatu, dari sudut pandang penceritaan yang saya miliki. Tidak
ada maksud lain, tidak ada keinginan tersembunyi, dan mungkin juga cerita ini
sudah banyak terdengar. Tetapi, aku berharap, setidaknya dengan artikel ini,
aku memiliki sumbangsih yang berarti, bagi daerah tempat kelahiranku sendiri.
Tidak dengan sesuatu yang terlihat ‘wah’, namun dengan untaian kata dalam
artikel ini, aku berharap sumbangsih ini memiliki arti. Bagi kota Jakartaku,
bagi daerah pinggitanku, yang aku cintai.
Daerah pinggiran memang selalu punya warna tersendiri.
Berbeda dengan yang ada di dalam pusat kota, apalagi sekelas daerah besar
seperti Jakarta. Perkenalkanlah daerah pinggiran yang menjadi cerita utama
dalam artikelku ini, Jakarta Timur. Bagian timur Ibukota Jakarta, yang menjadi
penyanggah, bagi dua daerah besar lainnya dari Provinsi Jawa Barat. Ya, mereka
adalah Depok, dan Bekasi. Sebenarnya, masih ada satu kota lainnya yang penting,
yaitu dari daerah Bogor. Karena memang banyak orang dari daerah sana, yang
melintas langsung ke Jakarta Timur ini, untuk menyambung hidup. Kita lupakan
sejenak dengan kota dan daerah penyanggah itu, karena sebenarnya, menurut saya,
daerahku ini merupakan daerah paling natural se-Jakarta.
Bagaimana
tidak? Wisata alam masih dapat anda temukan, di daerah pinggiran timur Ibukota
Jakarta ini. Bandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Jakarta, apakah ada?
Tidak perlu jauh hingga ke pusat kota. Bahkan di Jakarta Selatan saja, wisata
alam hanya dapat ditemukan, dan menjadi ikon, hanya di Ragunan saja.
Selebihnya? Tidak ada. Hanya beberapa saja yang nampak ada, karena dibuat oleh
tangan ajaib manusia hebat, yang menjadikan alam buatan sebagai kebanggaan.
Tentu dengan bantuan mesin-mesin canggih yang lebih dahsyat dari kepintaran
manusia, dan dibanggakan menjadi infrastruktur yang brilian.
Namun,
bagiku, itu semua sia-sia belaka. Naturalitas menjadi poin penting bagi
penilaianku, dalam menentukan kemajuan suatu tata ruang kota. Kita boleh
menganggap dan membanggakan kota ini telah maju, tapi unsur naturalitas, tidak
bisa diabaikan begitu saja. Dan naturalitas ini, menjadi poin lebih dari
Jakarta Timur. Aku tidak bermaksud membanggakan daerah asalku berada. Tidak, itu
bukanlah maksudku yang sebenarnya. Maksud dari semua hal yang telah aku
sampaikan dalam artikel ini, adalah fakta, bahwa aku rindu perubahan, yang
tidak mengesampingkan perubahan alam. Alam penting untuk dijaga, sama halnya
dengan menjaga diri sendiri. Demi mewujudkan keseimbangan antara kehidupan
manusia dengan alam sekitarnya, naturalitas adalah poin yang menjadi rujukanku.
Saya
jadi teringat dengan sebuah kisah yang disampaikan oleh guru saya di SMP,
“Dahulu, daerah ini, masih rawa-rawa.” Dalam hati aku lantas berpikir saat itu,
“Hebat juga! Bahkan pembangunan sampai menghancurkan habitat asli yang menjadi
ciri khas suatu wilayah. di mana contoh nyata ini adalah rawa-rawa.” Apa yang
salah dengan rawa-rawa? Pertanyaan sederhana, namun punya dampak yang cukup
besar. Pembangunan lagi-lagi menjadi sorot utama, demi ambisi kehidupan
manusia, sesuatu yang aku tidak habis pikir. Tetapi, faktanya, tidak semuanya
‘dibabat’ habis, dan ini adalah bagian yang paling aku suka. Alam indah, masih
terlihat mempesona, di Jakarta Timurku. Pernahkan kalian perhatikan daerah
subur hijau, saat melewati tol dalam kota, atau tol luar kota via Cibubur?
Adakah daerah lain di Jakarta ini, masih memiliki warna hijau indah, yang
begitu lebatnya?
Ya,
semoga semuanya tetap lestari. Walaupun saya merasakan pesimistis yang amat
sangat, akan hal tersebut. Tetapi, sudahlah, seperti yang aku ungkapkan
sebelumnya, Jakarta Timur ini masih memliki potensi, untuk menjaga
kenaturalannya. Jadi, selain beberapa potensi tentang kuliner, pembangunan, dan
hal lainnya yang tidak cukup aku sebutkan satu persatu dalam artikel sederhana
ini. Faktor alam, naturalitas daerah, dan sinerginya dengan daerah tetangga,
menjadi beberapa poin penting, dalam ceritaku. Ceritaku, tentang 15 tahun hidup
di daerah pinggiran Ibukota Jakarta, Jakarta Timur, yang aku cinta.
Akhir
kata, semoga tulisan artikel ini bermanfaat, dan menjadi sebuah bacaan yang
menarik. Dan apabila terjadi kesalahan data, atau kata yang salah saya mohon
maaf yang sebesar-besarnya, karena manusia tidak luput dari dosa dan kesalahan.
Semoga kota Jakarta Timur terus berkembang maju menjadi yang lebih baik lagi.
Sama halnya dengan yang terjadi pada Ibukota Jakarta, dan Negeri Indonesia
tercinta ini.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar