EVENT JWF "HIKAYAT KOTAKU"


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 
Berdasarkan file, tulisan ini dibuat pada bulan April 2019, untuk mengikuti sebuah event dari Pemprov DKI JAKARTA, yang namanya, kalau tidak salah, JWF "Hikayat Kotaku". Yah, daripada nyampah tak karuan di memori laptop, tulisan ini saya upload di sini saja. Okay? Selamat membaca!

***


CERITAKU: 15 TAHUN LEBIH DI JAKARTA TIMUR
Ditulis Oleh: Andi Aziz Herlambang, S.E
Sudah 15 tahun lebih, aku tinggal dan besar di daerah pinggiran Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Banyak cerita-cerita menarik yang terjadi, selama aku tinggal dan menetap bersama seluruh keluarga besarku. Dari cerita suka, hingga duka, aku jalani dengan penuh semangat perjuangan. Daerah pinggiran, seringkali, kata ini memiliki konotasi yang buruk. Benarkah? Menurut pendapatku, itu tidak sepenuhnya benar.
            Penamaan yang berlaku tersebut, hanya sebagai sebuah pembeda, antara daerah pusat, dengan daerah sekelilingnya. Jadi jangan anggap buruk dulu. Daerah pinggiran hanyalah sebuah penamaan belaka. Tidak ada bedanya, baik pusat, maupun daerah sekelilingnya. Baik dari sisi manusianya, alamnya, bahkan, segala hal yang tak kasat mata, semuanya sama. Hanya mungkin memang, ada perbedaan dalam hal pembangunan infrastruktur. Apakah berpengaruh signifikan? Tentu tidak, zaman sekarang, semua berbenah. Begitu juga dengan daerah pinggiran Ibukota Jakarta yang aku cintai ini.
            Fokus kembali dengan cerita yang ingin aku sampaikan dalam hikayat daerah pinggiran ini. Memang banyak kisah penting yang telah menjadi cerita rakyat, yang bahkan sampai melegenda. Namun, aku sendiri akan memfokuskan segalanya dalam hikayat-hikayat yang pernah kudengar saja. Mengapa? Itulah daya tarik dari artikel yang saya buat ini. Saya mencoba membuat karya seorisinal mungkin.
            Namun, jangan terlalu berharap banyak dengan apa yang saya sampaikan dalam tulisan sederhana milikku ini. Aku hanya berusaha menyampaikan sesuatu, dari sudut pandang penceritaan yang saya miliki. Tidak ada maksud lain, tidak ada keinginan tersembunyi, dan mungkin juga cerita ini sudah banyak terdengar. Tetapi, aku berharap, setidaknya dengan artikel ini, aku memiliki sumbangsih yang berarti, bagi daerah tempat kelahiranku sendiri. Tidak dengan sesuatu yang terlihat ‘wah’, namun dengan untaian kata dalam artikel ini, aku berharap sumbangsih ini memiliki arti. Bagi kota Jakartaku, bagi daerah pinggitanku, yang aku cintai.
            Daerah pinggiran memang selalu punya warna tersendiri. Berbeda dengan yang ada di dalam pusat kota, apalagi sekelas daerah besar seperti Jakarta. Perkenalkanlah daerah pinggiran yang menjadi cerita utama dalam artikelku ini, Jakarta Timur. Bagian timur Ibukota Jakarta, yang menjadi penyanggah, bagi dua daerah besar lainnya dari Provinsi Jawa Barat. Ya, mereka adalah Depok, dan Bekasi. Sebenarnya, masih ada satu kota lainnya yang penting, yaitu dari daerah Bogor. Karena memang banyak orang dari daerah sana, yang melintas langsung ke Jakarta Timur ini, untuk menyambung hidup. Kita lupakan sejenak dengan kota dan daerah penyanggah itu, karena sebenarnya, menurut saya, daerahku ini merupakan daerah paling natural se-Jakarta.

Bagaimana tidak? Wisata alam masih dapat anda temukan, di daerah pinggiran timur Ibukota Jakarta ini. Bandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Jakarta, apakah ada? Tidak perlu jauh hingga ke pusat kota. Bahkan di Jakarta Selatan saja, wisata alam hanya dapat ditemukan, dan menjadi ikon, hanya di Ragunan saja. Selebihnya? Tidak ada. Hanya beberapa saja yang nampak ada, karena dibuat oleh tangan ajaib manusia hebat, yang menjadikan alam buatan sebagai kebanggaan. Tentu dengan bantuan mesin-mesin canggih yang lebih dahsyat dari kepintaran manusia, dan dibanggakan menjadi infrastruktur yang brilian.
Namun, bagiku, itu semua sia-sia belaka. Naturalitas menjadi poin penting bagi penilaianku, dalam menentukan kemajuan suatu tata ruang kota. Kita boleh menganggap dan membanggakan kota ini telah maju, tapi unsur naturalitas, tidak bisa diabaikan begitu saja. Dan naturalitas ini, menjadi poin lebih dari Jakarta Timur. Aku tidak bermaksud membanggakan daerah asalku berada. Tidak, itu bukanlah maksudku yang sebenarnya. Maksud dari semua hal yang telah aku sampaikan dalam artikel ini, adalah fakta, bahwa aku rindu perubahan, yang tidak mengesampingkan perubahan alam. Alam penting untuk dijaga, sama halnya dengan menjaga diri sendiri. Demi mewujudkan keseimbangan antara kehidupan manusia dengan alam sekitarnya, naturalitas adalah poin yang menjadi rujukanku.
Saya jadi teringat dengan sebuah kisah yang disampaikan oleh guru saya di SMP, “Dahulu, daerah ini, masih rawa-rawa.” Dalam hati aku lantas berpikir saat itu, “Hebat juga! Bahkan pembangunan sampai menghancurkan habitat asli yang menjadi ciri khas suatu wilayah. di mana contoh nyata ini adalah rawa-rawa.” Apa yang salah dengan rawa-rawa? Pertanyaan sederhana, namun punya dampak yang cukup besar. Pembangunan lagi-lagi menjadi sorot utama, demi ambisi kehidupan manusia, sesuatu yang aku tidak habis pikir. Tetapi, faktanya, tidak semuanya ‘dibabat’ habis, dan ini adalah bagian yang paling aku suka. Alam indah, masih terlihat mempesona, di Jakarta Timurku. Pernahkan kalian perhatikan daerah subur hijau, saat melewati tol dalam kota, atau tol luar kota via Cibubur? Adakah daerah lain di Jakarta ini, masih memiliki warna hijau indah, yang begitu lebatnya?
Ya, semoga semuanya tetap lestari. Walaupun saya merasakan pesimistis yang amat sangat, akan hal tersebut. Tetapi, sudahlah, seperti yang aku ungkapkan sebelumnya, Jakarta Timur ini masih memliki potensi, untuk menjaga kenaturalannya. Jadi, selain beberapa potensi tentang kuliner, pembangunan, dan hal lainnya yang tidak cukup aku sebutkan satu persatu dalam artikel sederhana ini. Faktor alam, naturalitas daerah, dan sinerginya dengan daerah tetangga, menjadi beberapa poin penting, dalam ceritaku. Ceritaku, tentang 15 tahun hidup di daerah pinggiran Ibukota Jakarta, Jakarta Timur, yang aku cinta.
Akhir kata, semoga tulisan artikel ini bermanfaat, dan menjadi sebuah bacaan yang menarik. Dan apabila terjadi kesalahan data, atau kata yang salah saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, karena manusia tidak luput dari dosa dan kesalahan. Semoga kota Jakarta Timur terus berkembang maju menjadi yang lebih baik lagi. Sama halnya dengan yang terjadi pada Ibukota Jakarta, dan Negeri Indonesia tercinta ini.


SELESAI

Tidak ada komentar: