PUISI (1)

RUMAHKU

AA Herlambang

2019

 

*NB:  Puisi ini sudah tayang dalam bentuk buku yang diterbitkan oleh Ellurnar Publisher. Anda dapat melihatnya dalam tautan berikut: https://ellunar.shop/products/952212/atap

 ***

Satu, dua, tiga tahun, akhirnya semua berlalu jua.
Namun, pesan aneh bersiur, datang mengganggu.
Mengganggu hati insan yang sedang pilu. Pesan apa gerangan?
Tidak, nama pesannya adalah pesan kematian!
Sebuah pesan yang datang tanpa dipesan. Dan pergi pula, tanpa kesan ...
Hanya sebuah rumah tua yang jadi saksi, bahwa ada kisah genting yang dianggap basi.
Oleh sebuah pesan darah yang buat insan jadi pucat pasi!
Namun, jangan sampai kalian salah sangka.
Rumah usang, di tengah padang yang terlihat sangat gersang.
Rumah yang dulu ciamik, dengan hamparan indah lantai keramik.
Namun sekarang, hanya tinggal atap menjuntai ambyar dan ludes.
Dengan lantai keramik ciamik yang kini nyaris ambles.
Ah, semua seperti angin bualan belaka!
Tetapi, hanya dialah satu-satunya tempat yang paham dengan alam fana.
Bahwa, ada insan nyata tersakiti, pernah singgah di sana.
Berusaha mencari upeti, hingga dirinya rela melanglang buana.
Hingga terkenal di seantero dunia!
Salah, tidak sampai segitunya.
Malah, sampai tidak ada yang tahu, ironisnya.
Hanya bersisa mimpi setinggi langit, namun pikiran insan tetaplah singit.
Jadi, engkau rumah madesu! Kau, tetaplah sebuah benda saksi bisu!
Saksi bisu perjuangan insan yang kini mendekam lesu!
Yang tengah menanti dari balik, sebuah rumah puing yang kini jadi bilik.
Bilik kematian, dalam alam rumah penantian!
 
SELESAI

 

 

Tidak ada komentar: